Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia. Batubara dengan jenis batubara Sub-Bituminous, yang dikenal dengan nama Batubara Low-Rank atau popular dalam dunia pertambangan dengan nama LCV Coal.
Jenis batubara ini mempunyai sifat karakteristik yang reaktif, berdebu
dengan nilai Hgi rendah, nilai sulfur tinggi, dan mempunyai Inherent Moisture
nya yang relative tinggi.
Dengan melihat keadaan fakta bahwa batubara tersbut sangat berlimpah, wajar
bila pemerintah Indonesia menetapkan masa depan industri pembangkitan Indonesia
adalah menggunakan Steam Coal dengan memfaatkan ketersediaan batubara low-rank yang mudah didapat. Satu
hal yang terlewatkan dalam menghadapi LCV Coal Handling pada Pembankitan
Listrik (PLTU), yaitu penanganan (handling) jenis batubara Low Rank Coal yang sangat reactive ini. Namun dengan menerapkan teknologi dan metoda
yang benar pada Low Rank
Coal ini dari hulu sampai ke hilir akan mampu menekan
resiko terjadinya Kebakaran/Meledak nya PLTU.
Namun bilamana tidak, maka terjadilah peristiwa seperti terbakarnya
beberapa PLTU di Indonesia.
Debu batubara yang timbul saat proses handling dari tongkang menuju darat.
Disamping masalah debu batubara Sub-Bituminous (LCV Coal) yang
reaktif, partikel debu batubara yang berada di udara dapat menimbulkan masalah
PENCEMARAN LINGKUNGAN dan KESEHATAN.
Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya
partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru – paru yang dikenal
dengan penyakit Black Lungs Disease.
Paru – paru yang mengalami black-lung desease (Sumber: Courier-Journal archieves)
Sistem Spraying Dust Suppression System.
Beberapa teknik pengendalian yang kerap dilakukan dalam mengurangi emisi debu ada 3, yaitu:
1. Dust collection system
2. Dust suppression system.
3. Airbone dust captured.
Dust Suppression Systems
Dust suppression System adalah penggunakan media cairan (air/ solution) untuk membasahi bahan yang bisa menghasilkan debu.
Dust Suppression System (DSS) merupakan sistem paling mudah untuk diaplikasikan.
Berikut keunggulan dari DSS :
1. Efisien untuk memenuhi persyaratan Kesehatan & Keselamatan kerja.
2. Praktis dan sederhana dalam operasi.
3. Tidak ada efek pada kualitas produk atau pabrik dan mesin.
4. Murah.
Karena keunggulannya tersebut, sistem ini merupakan sistem paling sering diaplikasikan pada setiap bulk material handling.
Dalam metode ini, harus dilakukan perhitungan yang tepat. Dikarenakan menyemprotkan air/ solution (air + chemical), tentunya moisture akan bertambah. Normalnya, penambahan moisture tidak lebih dari 1%.
Selain perhitungan, penempatan letak spray harus diperhatikan. Penyemprotan harus ditempatkan ketika material mengalami tumbukan/ tabrakan. Karena saat material mengalami tabrakan, material sangat berpotensi menghasilkan debu. Selain itu, saat tabrakan tersebut merupakan waktu yang tepat untuk melakukan penetrasi semprotan.
Selain perhitungan, penempatan letak spray harus diperhatikan. Penyemprotan harus ditempatkan ketika material mengalami tumbukan/ tabrakan. Karena saat material mengalami tabrakan, material sangat berpotensi menghasilkan debu. Selain itu, saat tabrakan tersebut merupakan waktu yang tepat untuk melakukan penetrasi semprotan.
Sistem penyemprotan solution di chute conveyor.
Perbandingan batubara tanpa dilakukan DSS dan dengan menggunakan metode DSS.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar